Untuk menentukan program mana yang akan dipilih tentu saja harus dipertimbangkan masak-masakhambatan serta keuntungan masing-masing program di atas dan disesuaikan dengan kesiapan pihak Departemen Kesehatan untuk rnelaksanakannya. Dan untuk ini sebelum diterapkan secara luas sebaiknya diuji coba pada suatu daerah untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ada di lapangan.
Untuk Indonesia mungkin dalam lima tahun mendatang program immunisasi VHB secara luas masih belum mungkin dilaksanakan. Hambatan utama adalah fakta bahwa masih banyak penyakit-penyakit yang mempertinggi angka kematian bayi yang belum dapat diatasi dan sulitnya penyediaan vaksin serta reagensiaVHB yang mahal.
Karena pada saat ini suatu program immunisasi masal masih belum mungkin dilaksanakan, maka pada saat ini vaksinasi hanya mungkin dilakukan secara individual pada mereka yang mampu mendapatkan vaksin dan pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukanuntuk itu. Dan karena itu perlu disusun suatuprioritas vaksinasi yang paling tinggi yaitu mereka yang mendapat risiko untuk ketularan paling besardan bila ketularan mempunyai risiko tertinggi untukmengalami suatu infeksi VHB yang menetap dan dengan demikian mendapat risiko tertinggi untuk menderita penyakit hati kronik yaitu(10):
1. Bayi yang dilahirkan oleh lbu yang HBsAg positipdan HBeAg positip.
2. Anak 3 tahun ke bawah yang tinggal dalam keluarga di mana didapatkan carrier HBsAg yang HBeAg positip.
Penyediaan Vaksin dan Reagensia Untuk Suatu Program Pencegahan :
Harga dari vaksin VHB serta reagensia VHB yangada di pasaran pada saat ini masih jauh dari jangkauanapalagi untuk suatu program immunisasi yang luas.Untuk memperoleh vaksin serta reagensia yang murah hanyalah mungkin bila keduanya dibuat di dalam negeri. Pada diagram 3 dapat kita lihat bagaimanasiklus untuk penyediaan bahan dasar untuk vaksindan reagensia yang dibuat dari partikel HBsAg bulatberukuran 22 nm yang diperoleh dari darah donoryang HBsAg positip, yang sampai saat ini masih merupakan suatu teknologi yang paling sesuai untuk negara kita. Untuk terapi anak autisme dibutuhkan obat yang tidak sembarangan.
Dalam skema tersebut darah yang HBsAg positipdikirim ke Laboratorium produsen vaksin dan reagensia. Dalam laboratorium, HBsAg akan dimurnikandan diolah menja-{i vaksin dan reagensia. DalamLaboratorium itu pula dapat dibuat HBIG yang diambil dari darah orang-orang yang Anti HBs positipyang disuntik lagi dengan Vaksin VHB untuk menaikkan titer Anti-HBs. Vaksin dan HBIG dapat dimanfaatkan untuk program pencegahan. Dan reagensia yang dibuat dapat dimanfaatkan untuk diagnostik dalamklinik serta untuk program pencegahan (untuk skreeninglaboratorium pravaksinasi serta evaluasi Pascavaksinasi). Di samping itu reagensia tersebut dapatdipakai untuk melakukan penelitian epidemiologikyang dapat mendukung program pencegahan. Reagensia inijuga dikirim kembali ke Dinas Tranfusi Darah agar dapat melakukan skreening dari darah yang akan ditransfusikan.
Pada saat ini sementara belum ada lembaga yang membuat vaksin maka untuk sementara siklus ini dapat dimanfaatkan untuk reagensia hepatitis B yang sudah dapat dibuat di dalam negeri, Info Lebih lanjut Klik http://tahitiannonijuiceindonesia.net/masalah-autis/cara-menangani-anak-autis-baru-yang-teruji-dan-terbukti-ampuh/
Untuk Indonesia mungkin dalam lima tahun mendatang program immunisasi VHB secara luas masih belum mungkin dilaksanakan. Hambatan utama adalah fakta bahwa masih banyak penyakit-penyakit yang mempertinggi angka kematian bayi yang belum dapat diatasi dan sulitnya penyediaan vaksin serta reagensiaVHB yang mahal.
Karena pada saat ini suatu program immunisasi masal masih belum mungkin dilaksanakan, maka pada saat ini vaksinasi hanya mungkin dilakukan secara individual pada mereka yang mampu mendapatkan vaksin dan pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukanuntuk itu. Dan karena itu perlu disusun suatuprioritas vaksinasi yang paling tinggi yaitu mereka yang mendapat risiko untuk ketularan paling besardan bila ketularan mempunyai risiko tertinggi untukmengalami suatu infeksi VHB yang menetap dan dengan demikian mendapat risiko tertinggi untuk menderita penyakit hati kronik yaitu(10):
1. Bayi yang dilahirkan oleh lbu yang HBsAg positipdan HBeAg positip.
2. Anak 3 tahun ke bawah yang tinggal dalam keluarga di mana didapatkan carrier HBsAg yang HBeAg positip.
Penyediaan Vaksin dan Reagensia Untuk Suatu Program Pencegahan :
Harga dari vaksin VHB serta reagensia VHB yangada di pasaran pada saat ini masih jauh dari jangkauanapalagi untuk suatu program immunisasi yang luas.Untuk memperoleh vaksin serta reagensia yang murah hanyalah mungkin bila keduanya dibuat di dalam negeri. Pada diagram 3 dapat kita lihat bagaimanasiklus untuk penyediaan bahan dasar untuk vaksindan reagensia yang dibuat dari partikel HBsAg bulatberukuran 22 nm yang diperoleh dari darah donoryang HBsAg positip, yang sampai saat ini masih merupakan suatu teknologi yang paling sesuai untuk negara kita. Untuk terapi anak autisme dibutuhkan obat yang tidak sembarangan.
Dalam skema tersebut darah yang HBsAg positipdikirim ke Laboratorium produsen vaksin dan reagensia. Dalam laboratorium, HBsAg akan dimurnikandan diolah menja-{i vaksin dan reagensia. DalamLaboratorium itu pula dapat dibuat HBIG yang diambil dari darah orang-orang yang Anti HBs positipyang disuntik lagi dengan Vaksin VHB untuk menaikkan titer Anti-HBs. Vaksin dan HBIG dapat dimanfaatkan untuk program pencegahan. Dan reagensia yang dibuat dapat dimanfaatkan untuk diagnostik dalamklinik serta untuk program pencegahan (untuk skreeninglaboratorium pravaksinasi serta evaluasi Pascavaksinasi). Di samping itu reagensia tersebut dapatdipakai untuk melakukan penelitian epidemiologikyang dapat mendukung program pencegahan. Reagensia inijuga dikirim kembali ke Dinas Tranfusi Darah agar dapat melakukan skreening dari darah yang akan ditransfusikan.
Pada saat ini sementara belum ada lembaga yang membuat vaksin maka untuk sementara siklus ini dapat dimanfaatkan untuk reagensia hepatitis B yang sudah dapat dibuat di dalam negeri, Info Lebih lanjut Klik http://tahitiannonijuiceindonesia.net/masalah-autis/cara-menangani-anak-autis-baru-yang-teruji-dan-terbukti-ampuh/